Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Ketua DPP PDIP Sa’id Abdullah akhirnya merespons viral pernyataan dari Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun yang menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo menyerupai Raja Firaun. Said merasa heran dengan pernyataan tersebut.
Menurut dia, Cak Nun harusnya berada di posisi madeg mandito ratu atau menjadi penasihat raja, serta bisa menjadi seorang guru bangsa. Sa’id mengaku curiga pernyataan tersebut disampaikan Cak Jun atas pesanan. Menurutnya, pernyataan Cak Nun ini justru lebih merendahkan dirinya sendiri.
“Orang sekelas beliau harusnya sudah mandek mandito ratu, memilih menjadi guru dan teladan bangsa. Sangat sayangkan, pernyataan Cak Nun justru kian merendahkan dirinya sendiri,” ucap Sa’id Rabu (18/1).
Sa’id juga mengaku mengagumi telah mengagumi Cak Nun sejak muda. Namun, pernyataan tersebut justru menunjukkan bahwa Cak Nun saat ini berubah dan berbeda di usianya yang semakin tua. Menurut Said, tidak ada yang bisa disamakan antara Firaun dan Jokowi. Dia mengatakan bahwa Firaun mengumpulkan kekayaan untuk memperkaya diri sendiri, sedangkan Jokowi tidak.
“Justru pada era saat ini Jokowi satu satu satunya Presiden yang dengan jujur mewakili negara meminta maaf atas kejahatan ham masa lalu dan berencana memulihkan hak hak korban,” ungkap Sa’id.
“Terlihat banyak perbedaan mendasar antara Jokowi dengan Firaun. Jadi sesungguhnya Cak Nun berbicara itu atas pesanan siapa?” Tambahnya.
Pernyataan Cak Nun yang telah menyamakan Presiden Jokowi dengan Firaun sempat beredar di media sosial dan viral. Di dalam video tersebut Cak Nun menyebutkan bahwa Jokowi sebagai Firaun dan Menko Maritim serta Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebagai Haman. Cak Nun juga sempat menyinggung mengenai Pemilu 2024.
“Hasil pemilu mencerminkan tingkat kedewasaan dan tidak rakyatnya. Betul tidak? Bahkan juga algoritma pemilu 2024. Kan, enggak mungkin menang, wis sa ono sing menang saiki,” ucap Cak Nun dalam potongan video yang viral tersebut.
“Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut,” tambahnya.
Belakangan ini, Cak Nun meminta maaf atas pernyataannya tersebut meskipun tidak sepenuhnya secara spesifik terkait dengan pernyataan Jokowi Firaun.
Cak Nun telah menyampaikan permintaan maaf karena sudah ‘mengucapkan apa yang seharusnya tidak di ucapkan’. Permintaan maaf itu Cak Nun tersebut sampaikan melalui sebuah video yang berjudul ‘Mbah Nun Kesambet’ yang diunggah di dalam channel YouTube CakNun.com, Selasa (17/1) malam.
“Saya minta maaf kepada semua yang terciprat, menjadi tidak enak atau menjadi menderita, atau menjadi apapun oleh ucapan saya itu,” ucap Cak Nun.
Menanggapi hal tersebut, Gus Miftah kembali mengingatkan jika tokoh publik, ulama, atau siapa pun boleh melayangkan kritikan kepada pemerintah. Namun, seharusnya dengan cara yang baik dan beradab. Sebab, kritikan yang terkesan menghujat akan berpotensi membawa dampak negatif dan poin kritikannya bisa saja tidak sampai atau menjadi kurang di perhatikan.
“Allah memberikan petunjuk kepada Harun dan Musa untuk memberikan nasihat kepada Firaun dengan kalimat atau dengan cara lemah lembut. Artinya apa? Pantaskah hari ini kita memberikan kritikan kepada pemerintah, khususnya kepada presiden, dengan cara yang kasar?,” ucapnya, Kamis (19/1).
Gus Miftah juga meminta untuk membedakan antara mengkritik dan menghujat. Dengan mengkritik, ada hal yang akan di perbaiki dan mengandung nilai positif. Sementara menghujat tidak berdampak positif sama sekali. Sebaliknya, tindakan menghujat justru dapat melahirkan permasalahan baru yang bisa berujung pada perkara hukum jika orang yang di hujat tidak terima.