Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Berita Terkini – Istri penyair Wiji Thukul, Dyah Sujirah atau yang biasa akrab disapa Sipon meninggal dunia pada hari Kamis (5/1/2023). Ibu dua anak itu meninggal di rumah sakit karena menderita penyakit diabetes.
Menurut juru bicara keluarga, Hastin Dirgantari bahwa Sipon sudah sejak lama mempunyai riwayat penyakit diabetes. Saking tingginya kadar gula yang ada dalam darah, kaki kanan istri aktivis korban penculikan 98 itu di amputasi.
“Tapi dua minggu ini mulai sakit lagi. Sakitnya ternyata sakit jantung,” kata dia ketika di temui di rumah duka yang beralamat di desa Kalangan RT 1 RW 14 Kelurahan Jagalan, Solo, Kamis (5/1/2023).
Menurut Hestin, Sipon juga mengeluh sakit sejak dua hari kemarin. Karena kesakitan, ia kemudian menghubungi putra kedua pasangan Sipon dan Wiji Thukul, Fajar Merah untuk membujuknya agar mau di rujuk ke rumah sakit.
“Saya telepon fajar karena yang dapat membawa ke rumah sakit itu Fajar. Lalu sebelum di bawa ke rumah sakit, saja bawa ke dokter Novi. Dokter itu bilang ini harus di bawa ke rumah sakit,” ucapnya.
Kemudian, Sipon di bawa ke rumah sakit Hermina Solo pada hari Rabu malam (4/1/2023). Selama di rumah sakit, ia pun di dampingi oleh anak-anaknya.
“Pagi tadi Wani (sapaan dari putrinya-Fitri Nganthi Wani) di suruh pulang. Lalu setelah itu Wani di telepon di suruh kembali ke rumah sakit karena Mbak Pon sudah mulai serangan jatung. Dan pada pukul 13.01 WIB beliau sudah meninggal dunia,” kata dia.
Sipon adalah salah satu sosok yang paling berpengaruh dalam memberikan dukungan terhadap sang suami. Khususnya, saat ia berkarier sebagai pujangga yang melawan kekejaman serta otoritarianisme Orde Baru.
Bersama dengan sang suami, Sipon juga harus hidup dalam pelarian sejak tahun 1996. Sejak itu juga Sipon harus jatuh bangun menjadi ibu dan kepala keluarga, berjuang membesarkan kedua anaknya yang masih kecil-kecil.
Nahas, Wiji Thukul ternyata menjadi salah satu korban tangan besi Orde Baru. Wiji Thukul ini di duga di hilangkan secara paksa karena dirinya kritis melawan rezim pemerintahan yang berkuasa dengan tirani saat itu.
Hilangnya Wiji Thukul ini menjadi tanda jika Sipon harus menghidupi keluarga kecilnya seorang diri. Sipon juga harus kerja membanting tulang bekerja serabutan, menjadi pembicara di beragam forum diskusi dan menerima berbagai pesanan konveksi demi membesarkan kedua anaknya tersebut.
Sipon juga tidak jarang mengambil lembur bahkan memangkas habis-habisan jam istirahat semata hanya demi menafkahi kedua buah hatinya.
Ternyata, perjuangan Sipon tak sia-sia. Sebab berkat perjuangannya tersebut, Sipon telah berhasil mengantarkan sang buah hati kuliah di salah satu perguruan tinggi prestisius yang ada di Yogyakarta.
Sipon juga orang yang terus menerus mendukung kegiatan suaminya sebagai aktivis dan penyair. Thukul hilang ketika kerusuhan pecah pada tahun 1998. Sampai saat ini keberadaan penyair cadel itu masih menjadi misteri.
Meskipun terlihat tidak ada harapan untuk menemukan sang suami dalam keadaan masih hidup, Sipon tetap bersikeras menuntut keadilan atas apa yang telah di alami Wiji Thukul.
Sipon istri Wiji Thukul juga berupaya melaporkan ke Kontras, Komnas HAM, DPR, sampai menggantungkan harapan kepada Presiden Joko Widodo, meski tidak jarang laporannya tak kunjung di ijabahi.
Kendati demikian, Sipon sampai akhir hayatnya tetap menyuarakan kekejaman rezim Orde Baru sambil menuntut keadilan bagi sang suami. Perjuangan Sipon saat ini berakhir dengan kepergiannya, dan tinggal dua buah hatinya yang harus melanjutkan memperjuangkan keadilan bagi sang pujangga Wiji Thukul.